Sabtu, 31 Juli 2010

Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia telah mengalami beberapa kali pergantian ejaan. Adalah Ejaan Van Ophuysen yang pertama kali berlaku pada 1901. Ejaan bahasa melayu ini berdasarkan rancangan CH. A. Van Ophuysen dengan bantuan Engku Nawawi Sutan Ma’moer dan Mohammad Taib Soetan Ibrahim.



Huruf-huruf peninggalan ejaan Van Ophuysen yang dapat kita kenali adalah:
1. ch, dj, sy, nj, sj, tj, oe, dan hamzah(‘)
2. beberapa peraturannya seperti:
a. penghilangan ahuruf antara w antara lain dalam kata koe, doeit, goeroean.
b. penggunaam kata 2 untuk kata ulang yang kata-katanya diulang sepenuhnya tetapi tidak untuk kata ulang yang hanya diulang sebagian. Jadi laki-laki, koeda-koeda boleh ditulis laki2, koeda2, tetapi berlari-lari, memata-matai tidak boleh ditulis berlari2 dan memata2i.
Setelah Ejaan Van Opuysen, yang berlaku kemudian adalah Ejaan Republik. Ejaan ini ditetepkan berdasarkan Surat Keputusan No. 264/Bhg.A tabggal 19 Maret 1974 ketika Soewandi menjadi Mentri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan. Ejaan yang juga kerap disebut Ejaan Soewandi ini adalah upaya penyederhanaan dan penyelarasan atas ejaan yang sudah ada.

Beberapa perubahan yang dilakukannya, seperti:
a. yaitu huruf e pepat (é)cukup ditulis e
b. bunyi hamzah (‘) dihilangkan dan diganti dengan huruf k untuk sebagian kata, jadi tidak ada lagi kata ra’yat atau ta’pa, tetapi rakyat atau tapa.
c. ulangan tidak boleh ditulis dengan angka 2 tetapi harus dilihat bagia yang diulangnya misalnya: mudah2an, ber-lari2an, me-mata2i.

Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia) merupakan Ejaan yang selanjutnya. Ejaan ini diputuskan oleh siding prutusan Indonesia dan Malaysia yang diketuai Slamatmuljana (Indonesia) dan Syed Nasir Bin Ismail ( Malaysia) pada !959.
Berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 062/67 tanggal 19 September 1967 disahkan sebuah panitia Ejaan Bahasa Indonesia. Panitia ini bertugas unutk melanjutkan pekerjaan panitia Ejaan Melindo.
Oleh Pemerintah Indonesia, Rancangan Ejaan Melindo kemudian diresmikan dengan nama Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), setelah sebelumnya diseminarkan di Puncak, Jawa Barat. Dan berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 20Mei 1972 No. 03/A.I.72 dan keptusan Presiden No. 57 tahun 1972. Ejaan ini lebih disempurnakan lagi pada tahun 1987 berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/u/1987 tanggal 9 September. Itulah pedoman Ejaan yang kita pakai sekarang.

Perubahan yang cukup mendasar pada EYD, yaitu:
a. tidak dipergunakannya lagi angka 2 untuk menuliskan bentuk ulang
b. perubahan penulisan huruf j menjadi y, dj menjadi j, nj menjadi ny, ch menjadi kh, tj menjadi c, dan sj menjadi sy.

Artikel Terkait:

Recent Post

0 komentar:

Posting Komentar

 

follow me via fb

Followers

Supported By

Pernah goblogging